Jumat, 28 Desember 2012

Jejaring Sosial

Lembar DISKUSI
TERNYATA : Al-Qur'an Telah Membicarakan
Fenomena Fesbuk 14 Abad Lalu
Suatu ketika selepas Ashar di Masjid Al
Hikam. Di salah satu pojok masjid tersebut
terdapat Ranid dengan dua orang temannya
yakni Ahmad dan Ilmi yang terlihat sedang
mendiskusikan sesuatu. Kali ini tema yang
diangkat seputar masalah I’jazul Quran
(Mukjizat Al Quran). Diskusi yang berjalan
cukup santai namun sarat akan ilmu.
Ahmad adalah seorang mahasiswa salah
satu PTS di Jakarta dengan program studi
Matematika. Seorang calon pengabdi
masyarakat dengan ilmunya. Ahmad selalu
berupaya mengaitkan Al-Qur’an dengan
bidang studinya matematika. Ahmad sering
berkutat dengan angka-angka dalam Al-
Qur’an.
Ahmad pun memulai diskusi. “Subhanallah
alquran itu bener-bener mukjizat. Saya
pernah baca di Internet bahwa ternyata kata
Yaum (hari) di dalam alquran sebanyak 365
kata sama seperti jumlah hari dalam satu
tahun, kata syahr (bulan) disebutin 12 kali
sama kayak jumlah bulan dalam satu tahun,
sab’u (minggu) disebutin 7 kali sama dengan
jumlah hari per minggu. Belum lagi kata-kata
yang berlawan kata. Misalnya ad dunya 115
kali, al akhiroh juga 115 kali. Malaikat 88 kali
sedangkan asy syayathin 88 kali juga. Al
hayat 145 kali begitupun dengan Al Maut
yang juga 145 kali. Belum lagi angka 19 yang
disebutin dalam alquran surat Al Mudatsir
ayat 30. Sebetulnya masih banyak tapi
mending antum liat di internet aja nafsi-
nafsi, tinggal tanya mbah google ketik key
word nya keajaiban angka dalam alquran,”
Celoteh Ahmad sekaligus mengakhiri
presentasinya.
Tiba giliran Ranid memaparkan
pengetahuannya seputar masalah mukjizat
Quran. Ranid memang sangat menyenangi
diskusi-diskusi tentang kajian Islam
berhubung program studi Ranid adalah
bahasa Arab yang ia geluti di salah satu
Ma’had Lughoh di Jakarta. Maka ia akan
memaparkan sepengetahuannya tentang
I’jazul Quran dari sudut pandang bahasa.
Setelah mengucapkan basmalah seraya
memuji Allah dengan hamdalah, serta
sholawat kepada Nabi SAW. Ranid pun mulai
berkata “Mumtaz! ustadz Ahmad mantep
dah penjelasannya, giliran ane ya? Gini jadi
mukjizat kalo diliat dari segi bahasa maka
secara sederhana dapat diartikan sebagai
'senjata' untuk melemahkan terhadap
tantangan dakwah yang ada. Contoh di
zaman nabi Musa AS berhubung waktu itu
sihir sedang ngetrend-ngetrendnya maka
Allah kasih mukjizat nabi Musa AS
'menyerupai' sihir, tapi bukan sihir, dengan
tongkatnya yang terkenal. Bisa berubah jadi
ular, ngebelah lautan, dsb. Trus di zaman
nabi Isa AS berhubung waktu itu ilmu
kedokteran lagi maju-majunya maka Allah
kasih kepada nabi Isa AS mukjizat yang
berhubungan dengan dunia pengobatan.
Nah, di zaman Rasul SAW pada masa itu
kaum jahiliyyah terkenal akan syairnya yang
luar biasa Indahnya. Maka Allah pun
memberikan kepada Nabi SAW berupa
alquran sebuah mukjizat yang begitu sangat
tinggi dan sarat akan nilai sastranya.”
Ranid masih melanjutkan pemaparannya
“bahkan Allah nantangin mereka kaum kafir
untuk buat satu surat saja yang semisal
dengan alquran. Coba ente berdua buka Al-
Baqoroh ayat 23 'dan jika kamu meragukan
Al-Quran yang Kami turunkan kepada hamba
Kami (Muhammad) maka buatlah satu surat
semisalnya dan ajaklah penolong-
penolongmu selain Allah jika kamu orang
yang benar,' dan dilanjutan ayatnya, bahwa
Allah sudah kasih garansi, mereka pasti gak
akan mampu ngebuatnya.
Pernah ada kisah tentang Musailamah Al-
Kadzdzab yang coba-coba buat alquran
tandingan. Salah satu suratnya niru-niru al-
fiil. Dan surat gadungan itu ditertawakan
banyak orang karena diliat dari sisi bahasa
dan maknanya betul-betul jelek. Dan satu hal
lagi cuma alquran kitab suci yang bisa
dihafal oleh jutaan manusia walaupun
manusianya itu sendiri pun tidak mengetahui
arti alquran. Bahkan uniknya juga,
hafalannya tersebut lengkap sampai titik dan
komanya. Subhanallah maha benar Allah
dalam firmanNya 'dan sungguh Kami
mudahkan Al-Quran untuk peringatan' Al-
Qomar ayat 17,” Ranid pun mengakhiri
makalah yang dibawakannya.
Selanjutnya giliran Ilmi yang mendapat
giliran menjelaskan mukjizat quran
berdasarkan studi yang ia geluti. Ilmi adalah
seorang mahasiswa IT di salah satu PTS di
Jakarta. Berbeda dengan kedua orang
sahabatnya tadi, Ikhwan lajang ini tengah
mengerjakan tugas akhir dalam
perkuliahannya. Hal ini dikarenakan Ilmi
terlebih dahulu kuliah selepas SMA daripada
Ahmad dan Ranid yang sempat menunda
jenjang akademisnya.
Lengkap dengan stelan kacamata khas para
hacker di film Hollywood, Ilmi pun memulai
pembicaraannya. “sebenernya ane belum
mau mengatakan ini mukjizat atau gak? terus
terang ane gak berani. Tapi salah satu point
yang pernah ane dengar dalam seminar
Qur’an bahwa kenapa Qur’an disebut
mukjizat tak lain dan tak bukan adalah
karena kebenarannya dalam 'meramal' masa
depan. Betul gak Ran?” Ilmi bertanya pada
Ranid. Ranid pun mengiyakan pernyataan
Ilmi dengan mengaggukan kepala, seolah tak
mau kehilangan pemaparan dari Ilmi
sahabatnya.
Ilmi melanjutkan “surat al-lahab contohnya,
di situ Allah memastikan bahwa Abu Lahab
bakalan tetep kafir dan masuk neraka. Dan
ketika surat itu turun di Mekkah, Abu Lahab
ternyata masih hidup. Sekarang coba antum
bayangin kalo seandainya Abu Lahab itu
tergerak hatinya untuk masuk Islam atau pun
pura-pura masuk Islam maka Al-Quran akan
dipertanyakan kebenarannya dari dulu
sampai sekarang. Ataupun di surat Ar-Rum
di situ dijelaskan bahwa Romawi bakalan
menang melawan Persia. Dan itu
subhanallah terjadi beberpa tahun
kemudian. Setelah pada peperangan yang
sebelumnya Romawi kalah maka pada
peperangan selanjutnya Romawi menang
telak.
Dan satu lagi peristiwa fathul Mekkah di
surat Al-Fath. Allah memastikan kaum
Muslimin akan memasuki Mekkah setelah
sekian lama hijrah ke Madinah. Dan
subhanallah hal itu terbukti.”
Fenomena Al-Fisbukiyyah dalam Al-Qur'an
“Ah itu mah dari aspek sejarah Mi, coba dari
aspek IT sesuai sama studi ente?” Tanya
Ranid seolah menantang Ilmi. “Weitss,
tenang-tenang ane kan belum selesai
jelasinnya, ana lanjut ya!” Jawab Ilmi. “Nah
berhubung tadi ane bilang ana gak berani
nyebut ini mukjizat atau nggak, maka ane
akan bilang ini kehebatan Quran.” Ilmi masih
melanjutkan, sementara kedua rekannya
Ahmad dan Ranid masih terus diam dan
menyimak kata per kata yang akan terlontar
dari mulut Ilmi. “ente berdua tau gak, bahwa
sejak 1400 tahun yang lalu alquran sudah
menyinggung tentang Facebook dan kawan-
kawannya?!” Ahmad sang Cagur (Calon Guru)
tertegun diiringi dengan tertawa kecil seolah
tak percaya statmen Ilmi. Lain lagi dengan
Ranid yang masih berpikir dan mencari-cari
bahwa apakah benar kata Facebook ada di
dalam alquran. Dengan mencoba mentashrif
pola-pola fi’il.
Ilmi meneruskan kembali pemaparannya
“Ahmad, coba ente berdua buka surat Al-
Ma’arij ayat 19-21
"'Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka
mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan, ia
berkeluh kesah. Dan apabila mendapat
kebaikan dia jadi kikir.'
Ayat ini menjelaskan fenomena jama’ah "Al-
Fisbukiyyah" secara umum. Coba ente-ente
liat wirid-wirid mereka.
Kebanyakan isinya keluh kesah. Temanya
udah mirip sinetron mendayu-dayu sampai
bikin air mata keluar. Sakit dari mulai bisul,
cantengan, jerawat, sampai ayan di update
di status. Cuaca juga gak ketinggalan. Dikasih
hujan, ngeluh gak bisa kemana-mana.
Dikasih panas ngeluh kepanasan. Segala
maksiat juga disebarin di muka umum.
Masalah duit abis, rezeki seret terus dan
terus di suguhkan. Ibadah juga ada
beberapa yang dipublikasikan puasa,
sedekah, tapi alhamdulillah ane belum
menemukan ada orang yang lagi sholat
update status 'lagi roka’at dua nih'
naudzubillah kalo sampai ada!” canda Ilmi.
Ahmad dan Ranid pun tertawa dan
mengaminkan ucapan Ilmi. “Terus di ayat
setelahnya dikatakan 'apabila dapat kebaikan
maka ia kikir.' Ane rasa betul ayat tersebut.
Coba ente berdua hitung ada beberapa
orang yang update status semisal
alhamdulillah dapet rezeki, buat yang mau
ditraktir harap tunggu di depan masjid. Kira-
kira ada gak status kayak gitu. Giliran dapat
rezeki yang melimpah pada pelit gak mau
orang lain pada tau, tapi giliran ditimpa
musibah di share kemana-mana.”
“Ah, lo iri aja kali jangan sok jaim deh?!” Kali
ini Ahmad yang bertanya kepada Ilmi. Ilmi
pun menjawab “ane rasa jaim itu perlu,
dalam konteks JAIM, Jaga-Iman berkaitan
dengan hal malu, ane tidak mengharamkan
update status, akan tetapi alangkah baiknya
update-nya itu yang baik-baik pokoknya
temanya mengajak kebaikan dari quran,
hadits, sahabat, ataupun salafush sholih.
Inget akh dalam hadits riwayat Bukhori
dikatakan Jika kamu tidak malu, maka
berbuatlah sesukamu. Ulama bilang bahwa
jika kita udah gak malu sama Allah dan tidak
merasa diawasinya maka tunaikan saja hawa
nafsumu dan lakukan apa yang kau
inginkan.” Jawab Ilmi.
Ranid tak menyangka sahabatnya Ilmi dapat
menarik dan mengaitkan surat Al-Ma’arij
ayat 20-22 dengan fenomena Facebookers
yang bergentayangan di dunia maya.
Alhamdulillah bertambah satu lagi
pengetahuan Ranid pada hari itu. Sungguh
Ranid sejatinya sudah sering membaca atau
bahkan menghafalkan surat ini. Namun
dikarenakan kurang men-tadabbur-i ayat ini
maka alangkah kagetnya ia mendengarkan
penjelasan yang dipaparkan oleh sahabatnya
Ilmi.
Diskusi kali ini pun berkahir seiring
dikumandangkannya adzan maghrib sebagai
pertanda masuknya waktu sholat maghrib
Sumber : mukminsehat.multiply.com &
eramuslim.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar