Minggu, 16 Desember 2012

Nama Adalah Doa



Nama Anak, Bukan Asal Lucu Karena Memberi Nama Adalah Pekerjaan Serius

Salah seorang anak tetanggaku biasa dipanggil si Ondol. Sebenarnya, nama aslinya cukup keren dan gagah, yaitu Sutrisno. Tetapi entah mengapa ayah ibunya yang memang terkenal suka mbanyol memilihkan panggilan Ondol untuknya.

Karena namanya yang unik itu, Ondol cepat dikenal oleh masyarakat kampungnya, bahkan hingga ke kampung-kampung sekitar. Begitu juga di sekolahnya, anak kelas dua SD inipun cepat dikenal teman dan gurunya.

Sayangnya, ketenaran si Ondol lebih banyak negatif dari pada positifnya. Akibat dari namanya yang terkesan lucu itu, si Ondol menjadi bahan ejekan dan lawakan dimana-mana. Ini membuatnya merasa rendah diri, yang selanjutnya menjadikannya sebagai anak pemalu dan cengeng. Didikan keras orang tuanya tak memberikan hasil selain menambah rasa rendah dirinya itu.

Sisi psikis

Apalah arti sebuah nama, what's ini a name, kata Shakespeare. Tetapi ternyata dalam Islam nama bukan masalah sepele. Nama memberikan dampak psikologis yang cukup besar kepada pemiliknya. Dan dalam kenyataannya, sering menjadi penentu keberhasilan hidup manusia. Beberapa pengaruh psikologis itu akan kita bahas di sini.
1.Pencitraan diri

Ada benarnya, jika orang menganggap nama ibarat sebuah doa. Ketika nama seseorang disebut, akan direkam oleh otak dan masuk ke dalam memori. Jika panggilan positif senantiasa direkam otak, ini memudahkan bawah sadar untuk memunculkannya menjadi perwatakan. Sebaliknya dengan panggilan negatif yang masuk ke dalam rekaman otak, akan membentuk pencitraan negatif pada harga diri anak.

Wajar, jika dalam al-Qur'an (49:11) difirmankan Allah, "Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk."
2.Menarik perhatian

Nama 'Ondol', sering dipelesetkan teman-temannya menjadi 'Ondel-Ondel'. Nama yang aneh seperti ini memang akan menjadi pusat perhatian orang. Seperti juga nama Oi', Venus dan Haz.

Penggunaan bahasa asing seperti Zifora, Isabella serta Angel, juga akan cenderung menarik perhatian. Begitu pula nama-nama yang sulit dieja maupun diucapkan, seperti Djoewarijah, Noerdinsyah Barung.

Jika anak disiapkan dengan baik untuk menjadi pusat perhatian, umumnya nama-nama seperti ini cukup memberikan peluang untuk menaikkan percaya dirinya. Sebaliknya bagi anak yang sejak awal kurang memiliki percaya diri, maka nama-nama mencolok seperti ini justru mempertebal sifat mindernya.
3.Pengabaian individu

Ada beberapa jenis nama yang begitu umum dipakai dalam masyarakat, seperti Siti, Amir dan Budi. Hal-hal yang terlalu umum ini akan menghilangkan perasaan seseorang akan individualitasnya. Ini juga dialami mereka yang memiliki nama terlalu pendek, semisal Sri atau Sam. Karena pendeknya, orang menjadi kurang memperhatikan dan menyebabkan pemiliknya merasa terabaikan.
4.Konotasi buruk yang menyakitkan hati

Bagaimana kira-kira perasaan anak yang dipanggil 'gembrot'? 'Gundul' dan 'Botak' pun sering dikonotasikan negatif oleh masyarakat. Jika panggilan-panggilan ini membuat pemiliknya malu, tentunya hanya akan mengurangi rasa percaya diri mereka. Sekalipun, ada orang yang berhasil dan bangga dengan sebutan minor seperti, Yati Pesek.
5.Ketidaksesuaian, awal konflik batin

Si Ayu atau Arjuna yang berwajah buruk, bisa mengakibatkan pemilik nama mengalami konflik batin. Ini akibat dari ketidaksesuaian nama dengan penampilan yang diciptakan Allah untuknya.
Besarlah Arti Sebuah Nama

Sungguh indah, bahwa hanya untuk urusan sebuah nama saja, Islam memiliki tuntunan yang cukup lengkap. Misalnyaa berikut ini.
1.Pilih yang baik

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya nama-nama kamu sekalian yang paling disukai oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung adalah Abdullah dan Abdurrahman."(HR Muslim)

Dalam hadits lain beliau juga berpesan, "Ambillah nama-nama kamu sekalian dari nama para nabi. Nama-nama yang paling disukai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman. Nama-nama yang paling benar adalah Harits dan Hammam. Sedangkan yang paling jelek adalah Harb (perang) dan Murrah (pahit)." (HR Abu Dawud & An-Nasa'i)
2.Jauhi yang dapat mengotori kehormatan

Hindari kata-kata yang memiliki arti negatif agar sifat negatif tersebut tidak dicitrakan orang terhadap dirinya atau tidak menjadi bahan celaan baginya pula.

Diriwayatkan Abu Dawud, Rasulullah mengganti nama-nama buruk seperti Al-'Ashi (orang yg bermaksiat), 'Aziz (nama Tuhan), 'Utullah (yang kasar) dan Habab (sejenis ular atau syetan). Beliau pun mengganti nama Harb (perang) dengan nama Salim (damai), dan mengganti nama Al-Mudhhaji' (yang berbaring) dengan Al-Munba'its (yang gesit).
3.Jauhi yang bermakna pesimistis

Sa'id bin al-Musayyab menceritakan kakeknya dari bapaknya: "Rasulullah saw bertanya kepadaku, 'Siapa namamu?' Aku menjawab, 'Hazn (susah).' Beliau bersabda, 'Kamu Sahl (mudah).' Aku berkata bahwa aku tak akan mengubah nama yang telah diberikan kepadaku. Ibnul-Musayyab berkata, 'Kesusahan itu masih saja terus bersama kami.'"
4.Jauhi makna optimistis

Selain yang bermakna pesimitis, yang bermakna optimistis pun harus dijauhi. Penyebabnya, Rasulullah tak suka mendengar jawaban 'Tidak' yang terucap ketika nama ini dipanggil, karena ternyata si pemilik nama sedang tidak ada. Ibnu Majah mengatakan, "Rasulullah saw melarang kita menamakan hamba kita dengan empat nama: Aflah, Nafi', Rabbah, Yassar."

Rasul pun mengganti nama salah seorang istrinya, yaitu Barrah, menjadi Maimunah. Ini karena beliau tak suka ketika salah seorang menanyakan, "Adakah Barrah?" yang harus dijawab dengan, "Barrah tidak ada," karena jawaban ini mengandung konotasi negatif.
5.Menjauhi penyamaan nama Allah

"Orang yang paling dibenci dan buruk di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dinamakan Malikal-Amlak (raja di atas raja). Karena tidak ada raja selain Allah." (HR Muslim)

Rasulullah pun pernah menegur seseorang yang dipanggil dengan nama Abul-Hakam, dengan alasan 'Sesungguhnya Allahlah Yang Maha Pemberi Keputusan (al-Hakam) dan kepada-Nyalah kembali segala keputusan'. Selanjutnya beliau menyuruhnya untuk dipanggil Abu Syuraih (juru penerang) yang disandarkan kepada nama anak pertamanya, Syuraih. Larangan inipun berlaku untuk nama-nama Allah yang lain, seperti Al-Ahad, Ash-Shamad, Al-Khaliq, dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar